TANPA terasa, liburan sudah berlalu. Kini kita kembali memasuki hari
kerja. Di sebagian orang, tentu wajar saja jika ada perasaan malas atau
enggan ketika bekerja. Tapi ternyata, dalam Islam, bekerja bagi
laki-laki merupakan salah satu yang dicontohkan oleh Rasulullah
Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya agar mereka dapat mandiri dan
tidak berpangku tangan pada orang lain, atau dikenal dengan istilah
qaddirun ‘alal kasbi yang berarti memenuhi kebutuhan finansialnya
sendiri.
Dalam hidup ini manusia memiliki kebutuhan baik primer, sekunder ataupun
tersier. Oleh karena itu manusia perlu bekerja agar mampu memenuhi
kebutuhannya tersebut.
Islam lebih menghargai orang yang bekerja keras untuk menghidupi dirinya
daripada menjadi pengemis. Orang yang bekerja diberi beberapa keutamaan
sebagai berikut:
Memelihara Izzah sebagai seorang Muslim
Dari Muhammad bin Ashim, dia berkata, “Telah sampai berita padaku bahwa
Umar bin Khatab ra. Jika melihat pemuda yang membuatnya kagum, maka ia
akan menanyakan perihal anak itu, ‘apakah anak itu memiliki pekerjaan?’
jika dikatakan, ‘Tidak’, maka ia akan berkata, ‘Telah jatuh satu derajat
anak muda itu di mataku’.”
Memiliki pekerjaan akan menjaga izzah sebagai seorang muslim. Seorang
muslim yang tidak bekerja tentu derajatnya akan jatuh, meskipun ia
seorang yang soleh dan taat beribadah.
Memelihara Kemuliaan sebagai Manusia
Imam Ar-Raghib al-Ishfahani pernah berkata, “Siapa saja yang tidak mau
berusaha dan bekerja maka nilai kemanusiaannya telah rusak bahkan nilai
kebinatangannya, dan menjadi orang yang telah mati.”
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengambil contoh yaitu masyarakat
lebih menghargai tukang sayur keliling yang mampu menghidupi dirinya
secara mandiri daripada pengangguran.
Menyeimbangkan Kehidupan
“Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk penghidupan.” (QS An-Naba: 10-11)
Allah mengajarkan keseimbangan dalam kehidupan. Allah memberi kesempatan
kepada kaum Muslimin untuk bekerja mencari rezeki di siang hari, dan
pada malam harinya digunakan untuk beristirahat dan mengumpulkan tenaga
agar bisa kerja lagi pada esok harinya.
Tidak bekerja adalah sikap setan
Setan selalu membisikan pada manusia agar meninggalkan usaha dan
ikhtiar, setan meniupkan rasa malas pada manusia agar manusia tidak
berusaha. Cukup hanya menunggu sampai ketentuan takdir-Nya datang.
Padahal rezeki harus dicari dengan kerja keras.
Disejajarkan kedudukannya dengan para syuhada
“Pedagang yang amanah dan benar akan bersama dengan para syuhada di hari Kiamat nanti.” (HR Ibnu Majah dan Al Hakim)
Seorang ayah yang bekerja keras menghidupi keluarganya adalah sejajar
kedudukannya dengan para syuhada, anak muda bekerja untuk mencukupi
kebutuhannya mulia seperti para syuhada begitu pula para pedagang di
pasar yang jujur, amanah dan ikhlas dalam bekerja kedudukannya disamakan
dengan kedudukan para syuhada. Begitulah Islam memuliakan orang yang
bekerja dengan jujur dan amanah.
Kita memang belum pernah berperang seperti para Mujahid yang rela
mempertaruhkan nyawanya, namun dengan bekerja secara jujur, Insya Allah
pahala yang kita dapatkan dapat menyamai kemuliaan para mujahid
tersebut.
Laki-laki/Suami yang mencari nafkah adalah mujahid
“Barang siapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia
serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah ‘azza wa jalla” (HR Ahmad)
Setelah menikah, seorang laki-laki berkewajiban mencari nafkah untuk
keluarganya. Tidak mungkin lagi baginya untuk bergantung pada orang
tuanya begitu ia memiliki anak dan istri sebagai tanggung jawab. Sebagi
imbalan jika tanggung jawab itu berhasil dipenuhi, maka Allah akan
menyamakannya dengan seorang mujahid di jalan Allah ‘azza wa jalla.
Bekerja adalah kewajiban
Nabi Saw. bersabda, “Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah
menunaikan yang fardhu (seperti shlat, puasa, dll).” (HR Ath-Thabrani
dan Al-Baihaqi). [islampos/berbagai sumber]
Keajaiban Yang Tersembunyi Ketika Seorang Lelaki Bekerja
Written By admin on Senin, 16 Desember 2013 | 08.51
Related Articles
Label:
islam umum,
islamedia
Posting Komentar