Anak
adalah cermin yang sangat jujur. Mereka menyerap apa adanya semua
perkataan dan tindak-tanduk kita, orang dewasa di sekitarnya. Maka dari
itu ada beberapa hal yang kita harus hindari untuk mengatakannya kepada
mereka. Berikut lima di antaranya:
“Aku tidak peduli.”
Anak kecil senang bercerita tentang segala sesuatu. Tentang pembicaraan
mereka dengan teman-temannya, bentuk awan yang mereka rasa mirip dengan
ular laut, alasan mereka menekan seluruh isi pasta gigi ke dalam bak
mandi.
Tetapi terkadang orang tua tidak ingin mendengarkan mereka. Jangan
pernah mengatakan Anda tidak peduli dengan cerita mereka. Itu akan
membuat anak-anak merasa tidak penting dan menghilangkan rasa percaya.
SARAN: Beritahulah anak Anda bahwa masalah itu bisa dibahas di lain
waktu, ketika Anda dapat fokus pada pembicaraan sang anak. Tetapi jangan
ingkar janji. Jangan lupa membahas.
“Kamu kan sudah besar!”
Putri Anda berusia 7 tahun tapi masih bertingkah selayaknya anak umur 3.
Jangan pernah menyalahkan tingkahnya sembari mengatakan “Kamu kan sudah
besar!” Ini akan membuat anak-anak merasa dikritik padahal mereka bisa
saja sedang punya masalah dan butuh bantuan untuk menyelesaikannya.
SARAN: Ketika Anda hendak bereaksi, ambillah jeda waktu sebentar.
Pikirkan matang-matang dampak perkataan Anda, jadi bukan asal reaksi
spontan. Jeda membantu menurunkan adrenalin sehingga otak bisa berpikir
tanpa emosi.
“Minta maaf!”
Anak Anda merebut mainan temannya dan membuatnya menangis. Anda langsung
memerintahkan sang anak untuk meminta maaf atas tindakannya. Anda
memang bermaksud mulia, tetapi memaksa anak untuk meminta maaf tidak
mengajari mereka kemampuan sosial, kata Bill Corbett, penulis buku dan
pendidik.
Anak kecil tidak dapat langsung mengerti kenapa mereka harus meminta
maaf. Bila selalu disuruh, mereka bisa saja makin lambat memahami alasan
meminta maaf bila telah melakukan tindakan buruk
SARAN: Minta maaflah kepada anak kecil yang dibuat menangis oleh anak
Anda, sehingga pada saat bersamaan Anda memberi dia contoh bagus
kelakuan yang ingin ditanamkan.
“Masa nggak bisa juga?”
Anda mengajari anak menangkap bola lima kali berturut-turut, dan dia
belum mahir juga. Atau, ketika belajar soal matematika, dia tak kunjug
paham. Anda pun langsung bertanya “Masa nggak bisa juga?” Komentar ini
akan menjatuhkan mental mereka.
Sebab, sebagaimana dikatakan pakar pembelajaran Jill Laurean, anak-anak
akan menangkap pertanyaan itu dengan berbeda. Mereka akan mengira Anda
bertanya “Kenapa nggak bisa juga? Apa yang salah dengan kamu sehingga
nggak bisa?”
SARAN: Ambil waktu istirahat. Jika Anda sudah tidak tahu cara lain
mengajari anak mengenai sesuatu, berhentilah. Lanjutkan pelajaran ketika
Anda sudah siap untuk mencobanya lagi, mungkin setelah mencari
pendekatan lain untuk mengajar apa pun yang sedang dipelajari anakmu.
“Ditinggal ya!”
Anak Anda menolak meninggalkan toko mainan atau taman, sementara Anda
telat janjian. Jadi Anda memberikan ultimatum untuk menakut-nakuti dia:
“Ditinggal ya!” Untuk anak yang masih kecil, ketakutan ditinggalkan
orangtua adalah sesuatu yang sangat nyata. Tapi apa yang terjadi saat
ancaman tidak berhasil? Anak dengan cepat belajar kalau ayah atau ibu
memberikan ancaman kosong.
SARAN: Jangan bilang kepada anak bahwa Anda akan meninggalkan mereka.
Sebaiknya, bikin rencana perjalanan (misalnya dari toko mainan ke tempat
selanjutnya) sebelum berangkat dari rumah. [berita unik]
Posting Komentar