1. Menuntut keluarga yang ideal dan sempurna
Sebelum menikah,
seorang wanita membayangkan pernikahan yang begitu indah, kehidupan yang
sangat romantis sebagaimana ia baca dalam novel maupun ia saksikan
dalam sinetron-sinetron.
Ia memiliki gambaran yang sangat ideal dari sebuah
pernikahan. Kelelahan yang sangat, cape, masalah keuangan, dan segudang
problematika di dalam sebuah keluarga luput dari gambaran nya.
Ia hanya membayangkan yang indah-indah dan enak-enak dalam sebuah perkawinan.
Akhirnya,
ketika ia harus menghadapi semua itu, ia tidak siap. Ia kurang bisa
menerima keadaan, hal ini terjadi berlarut-larut, ia selalu saja
menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina sesuai dengan gambaran
ideal yang senantiasa ia impikan sejak muda.
Seorang wanita yang
hendak menikah, alangkah baiknya jika ia melihat lembaga perkawinan
dengan pemahaman yang utuh, tidak sepotong-potong, romantika keluarga
beserta problematika yang ada di dalamnya.
2. Nusyus (tidak taat kepada suami)
Nusyus
adalah sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat kepada suami.
Wanita yang melakukan nusyus adalah wanita yang melawan suami, melanggar
perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak ridha pada kedudukan yang
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan untuknya.
Nusyus memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah:
1. Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan maupun secara samar.
2. Mengkhianati suami, misalnya dengan menjalin hubungan gelap dengan pria lain.
3. Memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami ke dalam rumah
4. Lalai dalam melayani suami
5. Mubazir dan menghambur-hamburkan uang pada yang bukan tempatnya
6. Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela, dan mengejeknya
7. Keluar rumah tanpa izin suami
8. Menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami.
Seorang
istri shalihah akan senantiasa menempatkan ketaatan kepada suami di
atas segala-galanya. Tentu saja bukan ketaatan dalam kedurhakaan kepada
Allah, karena tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Ia akan taat kapan pun, dalam situasi apapun, senang maupun
susah, lapang maupun sempit, suka ataupun duka. Ketaatan istri seperti
ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan memelihara
kesetiaan suami.
3. Tidak menyukai keluarga suami
Terkadang
seorang istri menginginkan agar seluruh perhatian dan kasih sayang sang
suami hanya tercurah pada dirinya. Tak boleh sedikit pun waktu dan
perhatian diberikan kepada selainnya. Termasuk juga kepada orang tua
suami. Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan memuliakan orang
tuanya, terlebih ibunya.
Salah satu bentuknya adalah cemburu
terhadap ibu mertuanya. Ia menganggap ibu mertua sebagai pesaing utama
dalam mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang,
sebagian istri berani menghina dan melecehkan orang tua suami, bahkan ia
tak jarang berusaha merayu suami untuk berbuat durhaka kepada orang
tuanya. Terkadang istri sengaja mencari-cari kesalahan dan kelemahan
orang tua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan suatu masalah,
bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga suami.
Ada juga seorang
istri yang menuntut suaminya agar lebih menyukai keluarga istri, ia
berusaha menjauhkan suami dari keluarganya dengan berbagai cara.
Ikatan
pernikahan bukan hanya menyatukan dua insan dalam sebuah lembaga
pernikahan, namun juga ‘pernikahan antar keluarga’. Kedua orang tua
suami adalah orang tua istri, keluarga suami adalah keluarga istri,
demikian sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan keluarga suami
merupakan salah satu keharmonisan keluarga. Suami akan merasa tenang dan
bahagia jika istrinya mampu memposisikan dirinya dalam kelurga suami.
Hal ini akan menambah cinta dan kasih sayang suami.
4. Tidak menjaga penampilan
Terkadang,
seorang istri berhias, berdandan, dan mengenakan pakaian yang indah
hanya ketika ia keluar rumah, ketika hendak bepergian, menghadiri
undangan, ke kantor, mengunjungi saudara maupun teman-temannya, pergi ke
tempat perbelanjaan, atau ketika ada acara lainnya di luar rumah.
Keadaan ini sungguh berbalik ketika ia di depan suaminya. Ia tidak
peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya mengenakan pakaian
seadanya: terkadang kotor, lusuh, dan berbau, rambutnya kusut masai, ia
juga hanya mencukupkan dengan aroma dapur yang menyengat.
Jika
keadaan ini terus menerus dipelihara oleh istri, jangan heran jika suami
tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar
ketimbang di rumah. Semestinya, berhiasnya dia lebih ditujukan kepada
suami Janganlah keindahan yang telah dianugerahkan oleh Allah diberikan
kepada orang lain, padahal suami nya di rumah lebih berhak untuk itu.
5. Kurang berterima kasih
Tidak
jarang, seorang suami tidak mampu memenuhi keinginan sang istri. Apa
yang diberikan suami jauh dari apa yang ia harapkan. Ia tidak puas
dengan apa yang diberikan suami, meskipun suaminya sudah berusaha secara
maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan keinginan-keinginan
istrinya.
Istri kurang bahkan tidak memiliki rasa terima kasih
kepada suaminya. Ia tidak bersyukur atas karunia Allah yang diberikan
kepadanya lewat suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan kekurangan.
Sifat qona’ah dan ridho terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya
sangat jauh dari dirinya.
Seorang istri yang shalihah tentunya
mampu memahami keterbatasan kemampuan suami. Ia tidak akan membebani
suami dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukan suami. Ia akan berterima
kasih dan mensyukuri apa yang telah diberikan suami. Ia bersyukur atas
nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya, dengan bersyukur, insya Allah,
nikmat Allah akan bertambah.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”
6. Mengingkari kebaikan suami
“Wanita merupakan mayoritas penduduk neraka.”
Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana ketika terjadi gerhana matahari.
Ajaib
!! wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu
memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar ketimbang ayah.
Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni mayoritas neraka.
Bagaimana ini terjadi?
“Karena kekufuran mereka,” jawab
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika para sabahat bertanya
mengapa hal itu bisa terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah?
Bukan,
mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan
kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang suami
berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang istri melihat sesuatu
yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si istri akan
mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya.
Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam
hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197).
Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!
Inilah
penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita lihat
diri setiap kita, kita saling introspeksi , apa dan bagaimana yang telah
kita lakukan kepada suami-suami kita?
Jika kita terbebas dari yang demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita gembira untukmu wahai saudariku.
Namun
jika tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari
kebaikan-kebaikannya, maka berhati-hatilah dengan apa yang telah
disinyalir oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertobat,
satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama
matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan,
masih ada waktu untuk bertobat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti
menunggu sakaratul maut?
Janganlah engkau katakan besok dan
besok wahai saudariku; kejarlah ajalmu, bukankah engkau tidak tahu
kapan engkau akan menemui Robb mu?
“Tidaklah seorang isteri yang
menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya (di akhirat kelak):
bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): “Jangan engkau
menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami begimu hanyalah
seorang tamu yang bisa segera berpisah dengan kamu menuju kami.” (HR. At
Tirmidzi, hasan)
Wahai saudariku, mari kita lihat, apa yang
telah kita lakukan selama ini , jangan pernah bosan dan henti untuk
introspeksi diri, jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sadari
membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah Engkau
ketahui.
Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai
dari suami; janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang
telah suami kita lakukan.
“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR.Ahmad)
7. Mengungkit-ungkit kebaikan
Setiap
orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang istri. Yang
jadi masalah adalah jika seorang istri menyebut kebaikan-kebaikannya di
depan suami dalam rangka mengungkit-ungkit kebaikannya semata.
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima).” [Al Baqarah: 264]
Abu Dzar radhiyallahu ‘Anhu
meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Ada tiga kelompok manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tak
akan memandang mereka pada hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan
untuk mereka adzab yang pedih.”
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya
sebanyak tiga kali.” Lalu Abu Dzar bertanya, “Siapakah mereka yang rugi
itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang menjulurkan kain
sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit
kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu ketika menjual. ” [HR.
Muslim]
8. Sibuk di luar rumah
Seorang istri terkadang
memiliki banyak kesibukan di luar rumah. Kesibukan ini tidak ada
salahnya, asalkan mendapat izin suami dan tidak sampai mengabaikan tugas
dan tanggung jawabnya.
Jangan sampai aktivitas tersebut
melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang istri. Jangan sampai
amanah yang sudah dipikulnya terabaikan.
Ketika suami pulang dari
mencari nafkah, ia mendapati rumah belum beres, cucian masih menumpuk,
hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Jika
hni terjadi terus menerus, bisa jadi suami tidak betah di rumah, ia
lebih suka menghabiskan waktunya di luar atau di kantor.
9. Cemburu buta
Cemburu
merupakan tabiat wanita, ia merupakan suatu ekspresi cinta. Dalam
batas-batas tertentu, dapat dikatakan wajar bila seorang istri merasa
cemburu dan memendam rasa curiga kepada suami yang jarang berada di
rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui batas, tidak
mendasar, dan hanya berasal dari praduga; maka rasa cemburu ini dapat
berubah menjadi cemburu yang tercela.
Cemburu yang disyariatkan
adalah cemburunya istri terhadap suami karena kemaksiatan yang
dilakukannya, misalnya: berzina, mengurangi hak-hak nya, menzhaliminya,
atau lebih mendahulukan istri lain ketimbang dirinya. Jika terdapat
tanda-tanda yang membenarkan hal ini, maka ini adalah cemburu yang
terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan bukti, maka ini adalah
cemburu yang tercela.
Jika kecurigaan istri berlebihan, tidak
berdasar pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal ini tentunya akan
mengundang kekesalan dan kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa
nyaman ketika ada di rumah. Bahkan, tidak menutup kemungkinan,
kejengkelannya akan dilampiaskan dengan cara melakukan apa yang
disangkakan istri kepada dirinya.
10. Kurang menjaga perasaan suami
Kepekaan
suami maupun istri terhadap perasaan pasangannya sangat diperlukan
untuk menghindari terjadinya konflik, kesalahpahaman, dan
ketersinggungan. Seorang istri hendaknya senantiasa berhati-hati dalam
setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan suami, ia
mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan
mengkritik dengan cara memojokkan. Istri selalu berusaha untuk
menampakkan wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan
menyejukkan ketika dipandang suaminya.
Demikian beberapa
kesalahan-kesalahan istri yang terkadang dilakukan kepada suami yang
seyogyanya kita hindari agar suami semakin sayang pada setiap istri.
Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.
amin…
Semoga bermanfaat
-Akbar 86
10 Kesalahan Istri Terhadap Suami
Written By admin on Senin, 18 November 2013 | 05.40
Label:
islam umum,
islamedia
Posting Komentar