Sore itu, kami tengah duduk-duduk di beranda sebuah masjid. Tiba-tiba
ada seseorang berkendara motor bersama seorang perempuan dan dua
anak-anaknya. Anaknya, yang paling besar berusia 7 tahun, satunya yang
berada dalam gendongan masih berusia sekitar 4 tahun. Sang perempuan
turun terlebih dulu, sembari menggandeng kedua anaknya ia bertanya pada
kami.
“Pak, apa bapak-bapak ini panitia atau pengurus
masjid ini? Saya ke sini mengantarkan anak saya untuk penggalangan dan
menyerahkan celengan anak saya ini, dari berita, katanya masjid ini mau
dijual,” tuturnya dengan intonasi yang pelan tapi pasti. Dess.. Seketika
hati saya terasa bergetar. Bapak di samping saya pun sontak bersuara
lirih, “Ya Allah Ya Rabbi…..”
Memang, senja itu, Rabu 27 November
2013 kami sedang berada di Masjid yang tengah ramai dibicarakan orang
saat ini. Masjid Teja Suar, ia terletak di Jalan Tugu Pahlawan Revolusi
(Tuparev), jalan arteri Kota Cirebon. Masjid ini jadi bahan pembicaraan
bukan karena kedatangan tokoh besar, juga bukan karena telah mengadakan
acara kegiatan keislaman yang habiskan dana besar. Masjid ini menjadi
buah bibir akibat mau dijual oleh pemiliknya.
Anak berwajah lugu
dalam pegangan ibu itu bernama Hasbiyallah Adha Dhifa. Ia masih duduk di
kelas 2 sekolah dasar. Ia bersama Ibu, adik dan pamannya berkendara
motor sejauh puluhan kilometer dari Arjawinangun ke Kota Cirebon untuk
menyerahkan celengannya.
Apa alasan dirinya membawa uang tabungan
yang susah payah dikumpulkannya, Hasbi hanya menjawab pelan, “Sedih,
soalnya masjidnya mau dijual,” ujarnya kepada Kiblatnet.
Hasbi
kecil mengetahui kabar Masjid Teja Suar ini akan dijual dari berita di
layar televisi yang ditontonnya. Ia mendengar ada penggalangan dana yang
dilakukan untuk menyelamatkan sebuah masjid beserta sebidang tanah di
sekitarnya. Tak tanggung-tanggung harganya 13 milyar.
Sesungguhnya,
tidak ada penggalangan dana tengah berlangsung saat itu. Hanya,
sebagian masyarakat yang masih peduli keberadaan masjid tersebut
menuliskan kata-kata melalui spanduk, “INI RUMAH ALLAH, JANGAN DIJUAL”.
Namun, sejumlah tokoh dan ulama di Cirebon memang tengah melakukan
lobi-lobi agar Masjid Teja Sua tetap bertahan.
“Waktu dengar
angka 13 milyar itu, kita kagetnya.. bukan main,” ujar ibu Hasbi yang
tak bersedia disebutkan namanya. Siapa yang tak terkejut. Di sini, di
negara muslim, di kota wali, ada seseorang yang ‘tega’ menjual sebuah
masjid. Padahal masjid ini telah berdiri sejak 1978. Yang meresmikannya
pun bukan orang biasa. Buya Hamka. Salah seorang ulama besar Indonesia.
Uang
Hasbi kecil mungkin tak sampai 0,001% dari harga masjid tersebut. Tapi
kesediaannya untuk membagi apa yang dia miliki untuk menyelamatkan
sebuah rumah ibadah adalah sesuatu yang besar, jauh melebihi ukuran
tubuhnya.
Lupakanlah soal silang sengkarut jual beli lahan dan
segala cerita intrik dibaliknya. Hasbi kecil memberikan pelajaran besar
bagi kita. Bahwa, seorang muslim, siapapun, sekecil apapun, tak kan rela
jika simbol-simbol keagamaannya dihilangkan.
Fajar Shadiq,
27 November 2013, dalam perjalananan Cirebon-Purwokerto
Anak Kecil Ini Berikan Celengannya untuk 'Beli' Masjid Teja Suar
Written By admin on Minggu, 01 Desember 2013 | 00.38
Related Articles
- 11 HAL YANG HARUS KAMU INGAT SEBELUM MENGELUH
- NAGIS ANE GAN ! ini anak berbakti banget ngunyahin makanan untuk IBU NYA YANG LUMPUH ! tolong di SHARE !
- [Ambil Hikmahnya] Kisah Dosen UIN Mem-booking 8 PSK dalam Satu Kamar
- Fakta Ilmiah, Buang Hajat dengan Jongkok Seperti Nabi Lebih Sehat daripada Duduk ala Barat
- Heboh, Hujan Turun di California Setelah Shalat Istisqa’
- 7 Bacaan Pembuka Pintu Rezeki
Posting Komentar