1. Bersih Diri dan berwudhu
Mengkondisikan tubuh bersih (dengan mandi
dan gosok gigi) adalah bagian dari adab jima’ sekaligus membuat suami
atau istri lebih tertarik. Sebaliknya, tubuh yang tidak bersih cenderung
mengganggu dan menurunkan daya tarik.
Abu Rafi’ radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari pernah menggilir
istri-istri beliau, beliau mandi tiap kali selesai berhubungan bersama
ini dan ini. Aku bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah lebih baik engkau
cukup sekali mandi saja?” Beliau menjawab, “Seperti ini lebih suci dan
lebih baik serta lebih bersih.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
2. Memakai parfum/wewangian
Wewangian
adalah salah satu sunnah Nabi. Beliau bersabda: “Empat macam diantara
sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian,
bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi).
Bagi istri, memakai
parfum/wewangian yang dianjurkan adalah saat-saat seperti ini, bukan
pada waktu keluar rumah yang justru dilarang Rasulullah.
“Perempuan
manapun yang menggunakan parfum kemudian melewati suatu kaum agar
mereka mencium wanginya maka dia seorang pezina” (HR Ahmad)
Yang
perlu diperhatikan di sini ialah, aroma atau jenis wewangian yang
dipakai hendaknya yang disukai suami atau istri. Sebab, ada suami atau
istri yang tidak menyukai aroma wewangian tertentu. Wewangian yang tepat
membuat hasrat suami atau istri semakin meningkat.
3. Shalat dua raka’at
Adab
ini terutama bagi pengantin baru. Sebagaimana atsar Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu 'anhu yang menasehati pengantin baru agar mengajak
istrinya shalat dua raka’at terlebih dahulu ketika memulai malam
pertama.
4. Berdandan dan berpakaian yang disukai suami atau istri
Adakalanya
istri malu memakai pakaian minim yang disukai suaminya. Padahal dalam
sebuah hadits disebutkan “Sebaik-baik istri kalian adalah yang pandai
menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat. Yakni keras menjaga
kehormatan dirinya lagi pandai membangkitkan syahwat suaminya.” (HR. Ad
Dailami).
Senada dengan hadits itu, Muhammad Al Baqir, cicit
Husain bin Ali menjelaskan: “Sebaik-baik wanita diantara kalian adalah
yang membuang perisai malu ketika menanggalkan pakaian di hadapan
suaminya dan memasang perisai malu ketika ia berpakaian kembali.”
Hadits
dan maqalah ini juga menjadi dalil bahwa di dalam jima’, suami istri
boleh menanggalkan pakaian dan tidak haram melihat aurat masing-masing.
5. Jima’ di tempat tertutup
Islam
mengatur kehidupan umat manusia agar kehormatan dan kemuliaannya
terjaga. Demikian pula dengan jima’. Ia harus dilakukan di tempat
tertutup, tidak diketahui oleh orang lain meskipun ia adalah anak atau
keluarga sendiri. Karenanya saat anak berumur 10 tahun, Islam
mensyariatkan untuk memisahkan kamar anak-anak. Kamar anak laki-laki
terpisah dari kamar anak perempuan.
Bagaimana jika anak masih
kecil dan tidurnya bersama orang tua? Pastikan ia tidak melihat
aktifitas suami istri tersebut. Caranya bisa Anda berdua yang pindah
kamar.
6. Berdoa sebelum jima’
Yakni membaca doa:
بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan
Nama Allah, Ya Allah! Jauhkan kami dari syetan, dan jauhkan syetan agar
tidak mengganggu apa (anak) yang Engkau rezekikan kepada kami” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Mengenai keutamaan doa ini, bisa dibaca di sini.
7. Melakukan mubasharah, ar rasuul, foreplay, atau pemanasan
Hendaknya suami tidak langsung ke inti, tetapi ada mubasharah/ar rasuul/ foreplay terlebih dulu.
“Janganlah
salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti binatang.
Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan pendahuluan, yakni ciuman dan
cumbu rayu,” (HR. Tirmidzi)
Ada tiga langkah foreplay yang bersumber dari hadits Nabi. Selengkapnya bisa dibaca di sini.
8. Membawa ke puncak, saling memberi hak
“Apabila
salah seorang diantara kamu menjima’ istrinya, hendaklah ia
menyempurnakan hajat istrinya. Jika ia mendahului istrinya, maka
janganlah ia tergesa meninggalkannya.” (HR. Abu Ya’la)
9. Mencuci kemaluan dan berwudhu jika mau mengulangi
“Jika salah seorang di antara kalian mendatangi istrinya, lalu ia ingin mengulanginya, maka hendaklah ia berwudhu.” (HR. Muslim)
10. Mandi besar (janabat) setelah jima’
Demikian
10 Adab Jima’ yang disarikan dari berbagai sumber, khususnya Bahagianya
Merayakan Cinta karya Salim A. Fillah dan Sutra Ungu karya Abu Umar
Baasyir. [Bersamadakwah]
Posting Komentar