Ukurannya mungil sekitar 10 - 15 cm, warnanya coklat dan sering hinggap
di bubungan rumah. Tapi tergantung lokasinya. Lebih susah menemukan
burung mungil ini di tengah kota besar atau kawasan industri dibanding
area yang berudara lebih bersih.
Burung gereja, atau masyarakat
sering mengelompokkannya sebagai burung pipit (sparrow) sebenarnya
termasuk genus Passeridae. Mereka juga dikenal sebagai burung Dunia
Lama. Species-species ini sering bersarang di bangunan dan rumah. Di
Indonesia mungkin sering dijumpai di bawah atap gereja, hingga disebut
sebagai burung gereja.
Jadi burung gereja bisa disebut burung liar yang
paling akrab dengan manusia. Burung gereja memakan biji-bijian, meskipun
juga mengonsumsi serangga kecil. Beberapa spesies mengais makanan di
sekitar kota.
Di Indonesia, sub-spesies yang paling terkenal
adalah Passer montanus-malaccensis. Sarangnya dibangun dalam rongga
alami, sebuah lubang di sebuah bangunan. Mereka bertelur lima atau enam
butir yang menetas di bawah dua minggu. Seperti burung kecil lainnya,
mereka bisa terinfeksi parasit dan diburu burung pemangsa. Rata-rata
masa hidup mereka sekitar dua tahun.
Passer montanus tersebar
luas di kota-kota dan kota-kota di Asia Timur, tetapi di Eropa spesies
ini adalah burung pedesaan. Burung gereja Eropa adalah spesies Passer
domesticus yang berbiak di daerah perkotaan. Walaupun populasi Passer
montanus yang besar memastikan bahwa mereka secara global tidak terancam
punah, sudah ada penurunan besar dalam populasi Eropa Barat.
Penyebabnya, sebagian karena perubahan dalam praktik pertanian yang
melibatkan peningkatan penggunaan herbisida dan hilangnya lahan-lahan
tunggul musim dingin.
Dalam beberapa makalah, populasi burung
gereja sering jadi indikator tingkat populasi sebuah wilayah. Misalnya
dalam jurnal karya Swaileh KM dan Sansur R dari Dept. of Biology and
Biochemistry, Birzeit University yang meneiti berapa banyak konsentrasi
logam dalam perut burung gereja.
Metoda penelitian dilihat dari
kotoran dan cangkang telurnya. Ditemukan, pada burung gereja yang hidup
di pemukiman padat maka konsentrasi Cu, Pb, dan Zn lebih tinggi
dibanding yang hidup di area bebas polusi.
Kajian tersebut
sedikit banyak membuktikan keberadaan burung gereja di suatu wilayah
bisa jadi petunjuk seberapa banyak tingkat polusi di daerah tersebut.
Jadi, amatilah lingkungan dan sekeliling rumah. Apakah masih sering
mendengar cicit burung gereja? Bila ya, berbahagialah karena kadar
polutan di tempat bermukim masih bisa ditolerir.
Seberapa Parah Polusi? Amati Saja Burung Gereja
Written By admin on Senin, 23 Desember 2013 | 07.00
Related Articles
- Uniknya Cara Berkembang Biak Penguin
- Mukjizat! 6 Masjid ini Tetap Utuh Meski Diterjang Bencana
- Danau Natron Bisa Merubah Binatang-binatang Menjadi "Batu"
- 6 Hewan Ini Punya Kemampuan Menyamar Terhebat Sejagat
- Apa Itu Winter Solstice, Musim Dingin di Norwegia?
- Potongan Kiswah Banyak Dijualbelikan, Harganya Bisa 1 Milyar Rupiah
Posting Komentar