Islamedia
- Hampir semua orang-orang pintar di negeri ini berkata pemilu 2014
angka golput akan meningkat pesat, indikasinya terlihat dari pikada kota
dan kabupaten dimana angka golput secara signifikan mendominasi di
hampir semua tempat dan bahkan di beberapa tempat menjadi pemenang (Kota
Depok, dan Tangsel misalkan).
Ada banyak alasan untuk memilih golput, tapi kalau boleh disimpulkan, Apatis barangkali faktor terbesar alasan seseorang menjadi golput. Apatis bisa karena banyak hal. Pertama, Apatis karena tidak ada perbaikan kehidupan, setelah euphoria reformasi 1998, bahkan yang ada kehidupan menjadi lebih susah. Penghasilan tetap sementara beban hidup semakin meningkat. Atau sekalipun penghasilan naik, namun kenaikannya tak sebanding dengan lonjakan kenaikan harga kebutuhan pokok, utamanya pangan dan pendidikan. Kedua, apatis karena kecewa. Kecewa karena partai pilihannya tak sanggup mewujudkan harapannya. Kecewa karena individu-individu yang terlibat didalamnya berubah menjadi lebih glamour setelah terjun ke dunia politik. Dan kecewa karena ternyata partai yang dipilihnya berubah menjadi partai sampah yang teronggok seperti bangkai-bangkai parpol yang sudah ada sebelumnya, maupun yang sudah berubah wujud disemprot parfum agar bau bangkainya hilang. Bapak H. Hasyim Muzadi - yang pernah menjadi ketua umum organisasi islam terbesar se-Indonesia – bahkan memprediksi suara partai islam (termasuk PKS) akan turun di pemilu 2014 (detiknews – 4 Januari 2011), karena penyebabnya partai-partai tersebut gagal membuktikan kemurnian dan kesucian Islam di panggung kekuasaan dan karena orang islam ada di seluruh partai maka tidak perlu lagi agama dibawa-bawa dalam politik.
Demi alasan yang kedua ini saya berusaha meneliti lebih jauh apa “dosa PKS” di mata banyak pemilihnya (yang rata-rata adalah golongan menengah). Apakah memang layak disebut “dosa”, atau sekedar penilaian subjektif tanpa dilandasi informasi akurat, data dan fakta yang memadai sebagai dasar konklusi bahwa PKS salah, atau PKS telah berubah (kasarnya : pelacur politik –kata orang-orang di luaran-Astaghfirullahal ‘Adhim), atau ternyata harapan yang disematkan di pundak partai bau kencur ini (usia PKS baru 12 tahun, bandingkan dengan si hijau, si kuning dan si merah) ternyata gagal diwujudkan, dan itu menjadi dasar pandangan sebagian orang “sudah tidak ada lagi harapan di perpolitikan Indonesia”.
Kepada anda semua yang memilih PKS, atau memilih PKS kemudian kecewa terhadapnya, atau yang terlanjur kecewa terhadap PKS kemudian memutuskan untuk golput, maka risalah ini kami buat. Kami berharap agar risalah ini menjadi informasi yang relevan bagi kita semua untuk mengambil keputusan, apakah tetap memilih PKS di pemilu selanjutnya, atau memilih partai lain, atau memilih untuk tidak memilih (golput).
Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran (QS 6:126)
Dosa Pertama: PKS telah berubah ideologi, dari partai dakwah menjadi partai terbuka.
Apakah benar PKS telah merubah ideologinya dari yang sebelumnya Islam Puritan menjadi partai terbuka yang diperuntukkan bagi semua agama dan oleh sebab itu, orang-orang kafir (non-islam) berhak menjadi pengurusnya?
Syubhat seperti ini mampu menggoyahkan keyakinan sebagian kadernya yang tidak memiliki pondasi akidah yang kuat atau menerima informasi sepotong-sepotong dari pihak luar dan media massa yang cenderung menyesatkan (yang sayangnya di negeri kita, informasi didominasi oleh orang-orang yang memiliki kepentingannya sendiri tuk menguasai negeri), kemudian informasi sepotong itu diolah oleh akalnya, dan akhirnya menjadi dasar pendapatnya.
Untuk mereka yang cenderung mengutamakan akal dan nafsunya ini, sebenarnya Allah SWT sudah memberi peringatan,
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.(QS Al-Hujuraat (49): 6)
Dalam kitab "al-Mathla' 'ala abwabil muqni', karangan Syamsuddin Ba'ly, "fasik' didefinisikan sebagai orang yang banyak berbuat maksiat, meninggalkan perintah Allah, keluar dari jalan kebenaran dan agama. Menurut al-Jurjani, orang fasik adalah orang yang menyaksikan tetapi tidak meyakini dan melaksanakan (al-Jurjani, At-Ta’rîfât. I/211). Sedangkan al-Manzhur lebih lanjut menjelaskan bahwa fasik (al-fisq) bermakna maksiat, meninggalkan perintah Allah, dan menyimpang dari jalan yang benar. Fasik juga berarti menyimpang dari agama dan cenderung pada kemaksiatan; sebagaimana iblis melanggar (fasaqa) perintah Allah, yakni menyimpang dari ketaatan kepada-Nya. Fasik juga berarti keluar dari kebenaran (al-khurûj ‘an al-haqq). Karena itu, fasik kadang-kadang berarti syirik dan kadang-kadang berarti berbuat dosa. Seseorang dikatakan fasik (fâsiq/fasîq) jika ia sering melanggar aturan/perintah. Fasik juga berarti keluar dari sikap istiqamah dan bermaksiat kepada Tuhan. Karena itu, seseorang yang gemar berbuat bermaksiat (al-‘âshî) disebut orang fasik (ibnu Manzhur, Lisân al-‘Arab, 10/38). Jadi fasik ini sebenarnya adalah seorang muslim, berbeda dengan kafir.
Nah, bila kita termasuk ke dalam golongan orang yang gampang mengambil kesimpulan negative sehabis menonton berita di TV or baca di media online tanpa sebelumnya memeriksa dengan teliti (tabayyun), maka disitulah sesungguhnya keimanan kita dipertanyakan. Apalagi akal dan nafsu manusia memiliki fitrah untuk salah.
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (QS. Asy Syams (91): 8)
Dengan potensi kefasikan yang sudah ada saja sudah cukup bagi manusia untuk melakukan penyimpangan, ditambah lagi adanya gangguan syaitan la’natullah ‘alaih, yang selalu mengajak manusia ke jalan yang sesat menjadi pengikut mereka, Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir (35): 6)
Lalu bagaimana jawaban atas kegagalan pertama tadi?
Jawabannya, Tidak Ada Yang Berubah Dari PKS. Sejak dahulu PKS adalah Partai Dakwah. Dan sampai nanti pun Insya Allah akan tetap menjadi Partai Dakwah. Prinsip Keterbukaan adalah manifestasi dari perintah Allah untuk mewujudkan Islam sebagai Rahmataan Lil ‘Alamiin. Masa dimana semua makhluk mendapatkan barokah dari Islam dan muslimin, bukan hanya muslim, tapi juga yang kafir, bahkan makhluk Allah seperti hewan, tumbuhan dan alam semesta mendapat berkah dari orang-orah shalih yang berkuasa di muka bumi menjadi khalifah yang memerintah menjalankan hukum dan kehendak Allah di muka bumi.
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS Al-Anbiyaa (21):107)
Kita memang belum sampai pada masa-masa seperti ketika orang-orang Nasrani dan Yahudi berbondong-bondong datang ke universitas di Spanyol untuk menuntut ilmu. Kita belum tiba pada masa-masa ketika orang Yahudi meminta agar pasukan Islam memasuki negerinya dan menumbangkan pemerintahan yang 100% Yahudi, karena mereka tahu bahwa orang akan hidup lebih sejahtera di bawah pemerintahan Islam. Berapakah di antara para da'i masa kini yang mau menyuapi orang tua Yahudi yang buta, renta dan bermulut kotor sebagaimana Rasulullah saw. dan Abu Bakar ra. melakukannya dahulu? Tapi kita sedang menyusun tangga menuju kesana dan yakinlah, kita pasti akan menuju kesana.
Jadi jangan dibayangkan jika suatu hari nanti posisi ust. Surahman Hidayat sebagai Ketua Dewan Syariah Pusat (DSP) digantikan oleh seseorang yang nama depannya Fransiscus Xaverius, atau seorang doktor lulusan sekolah teologi. Untuk menjadi kader dan pengurus PKS wajib mengikuti marhalah-marhalah yang tak akan bisa dipahami tanpa menggunakan semangat Islam.
Jadi yang sebenarnya dilakukan PKS adalah seperti ini, ketika dakwah mengambil bentuknya dalam wujud sebuah partai politik, maka para da’i harus benar-benar siap mengurus negara, mulai dari level tertinggi hingga yang paling rendah, baik urusan Muslim maupun Non-Muslim. Dan ketika parpol ini dijadikan entitas yang menyeluruh yang dapat mewakili dakwah itu sendiri. bukan dakwah yang dibatasi oleh bentuk sebuah parpol, melainkan batasan-batasan parpol itulah yang kita tarik seluas-luasnya sehingga memiliki daya jangkau yang sesuai dengan tabiat dakwah dan tabiat dakwah adalah "mengakses semua dan untuk semua!"
Banyak yang bicara soal rahmatan lil ’aalamiin namun pola pikirnya masih diliputi dendam. Ruhnya adalah zhon. Ketika bicara soal Yahudi dan Nasrani, maka landasan berpikirnya adalah Q.S. 2:120, sehingga ia memandang mereka dengan tatapan curiga, bahkan benci. Padahal golongan Ahli Kitab adalah objek dakwah Rasulullah saw. yang paling utama, karena mereka mewarisi sebagian dari ajaran-ajaran para Nabi terdahulu. Baik di Mekkah maupun Madinah, Rasulullah saw. tak pernah canggung bergaul dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Dan Mereka pun mengenal beliau sebagai Al-Amin (orang yang dipercaya). Sebutan ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw. telah benar-benar berhasil menjadi rahmat Allah kepada seluruh alam. Bahkan dalam perjalan interaksinya dengan para ahli kitab ini Allah berungkali menurunkan ayat berkaitan dengan mereka dalam segala kondisi yang ada.
Hal berikutnya yang banyak dilupakan adalah bahwa dakwah itu sendiri sangat luas spektrumnya, sebagaimana syariat Islam pun sangatlah luas. Tidak ada larangan untuk mengajak seorang Non-Muslim yang ingin dan gemar berbuat baik untuk terlibat dalam tugas-tugas tertentu dalam proyek dakwah. Misalnya dalam hal penanganan bencana dan pemberian pertolongan terhadap korban-korbannya, maka hal ini pun termasuk dalam kerja dakwah, dan juga termasuk dalam tugas-tugas yang bisa diemban oleh orang-orang Non-Muslim.
Inilah yang menjadi ketertarikan sebagian saudara kita di Papua yang ingin bergabung dengan PKS, meskipun mereka adalah non-Islam dan penduduk daerah tersebut mayoritas juga non-Islam. Ini juga yang menjadi argumentasi untuk menilai bahwa PKS tidak pernah berubah dalam keterbukaannya, sebab dari dulu pun PKS sudah untuk semua tanpa mengganti identitas keislamannya.
Jadi Islam adalah identitas PKS, dan identitas ini takkan terganti untuk selamanya.
Ada banyak alasan untuk memilih golput, tapi kalau boleh disimpulkan, Apatis barangkali faktor terbesar alasan seseorang menjadi golput. Apatis bisa karena banyak hal. Pertama, Apatis karena tidak ada perbaikan kehidupan, setelah euphoria reformasi 1998, bahkan yang ada kehidupan menjadi lebih susah. Penghasilan tetap sementara beban hidup semakin meningkat. Atau sekalipun penghasilan naik, namun kenaikannya tak sebanding dengan lonjakan kenaikan harga kebutuhan pokok, utamanya pangan dan pendidikan. Kedua, apatis karena kecewa. Kecewa karena partai pilihannya tak sanggup mewujudkan harapannya. Kecewa karena individu-individu yang terlibat didalamnya berubah menjadi lebih glamour setelah terjun ke dunia politik. Dan kecewa karena ternyata partai yang dipilihnya berubah menjadi partai sampah yang teronggok seperti bangkai-bangkai parpol yang sudah ada sebelumnya, maupun yang sudah berubah wujud disemprot parfum agar bau bangkainya hilang. Bapak H. Hasyim Muzadi - yang pernah menjadi ketua umum organisasi islam terbesar se-Indonesia – bahkan memprediksi suara partai islam (termasuk PKS) akan turun di pemilu 2014 (detiknews – 4 Januari 2011), karena penyebabnya partai-partai tersebut gagal membuktikan kemurnian dan kesucian Islam di panggung kekuasaan dan karena orang islam ada di seluruh partai maka tidak perlu lagi agama dibawa-bawa dalam politik.
Demi alasan yang kedua ini saya berusaha meneliti lebih jauh apa “dosa PKS” di mata banyak pemilihnya (yang rata-rata adalah golongan menengah). Apakah memang layak disebut “dosa”, atau sekedar penilaian subjektif tanpa dilandasi informasi akurat, data dan fakta yang memadai sebagai dasar konklusi bahwa PKS salah, atau PKS telah berubah (kasarnya : pelacur politik –kata orang-orang di luaran-Astaghfirullahal ‘Adhim), atau ternyata harapan yang disematkan di pundak partai bau kencur ini (usia PKS baru 12 tahun, bandingkan dengan si hijau, si kuning dan si merah) ternyata gagal diwujudkan, dan itu menjadi dasar pandangan sebagian orang “sudah tidak ada lagi harapan di perpolitikan Indonesia”.
Kepada anda semua yang memilih PKS, atau memilih PKS kemudian kecewa terhadapnya, atau yang terlanjur kecewa terhadap PKS kemudian memutuskan untuk golput, maka risalah ini kami buat. Kami berharap agar risalah ini menjadi informasi yang relevan bagi kita semua untuk mengambil keputusan, apakah tetap memilih PKS di pemilu selanjutnya, atau memilih partai lain, atau memilih untuk tidak memilih (golput).
Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran (QS 6:126)
Dosa Pertama: PKS telah berubah ideologi, dari partai dakwah menjadi partai terbuka.
Apakah benar PKS telah merubah ideologinya dari yang sebelumnya Islam Puritan menjadi partai terbuka yang diperuntukkan bagi semua agama dan oleh sebab itu, orang-orang kafir (non-islam) berhak menjadi pengurusnya?
Syubhat seperti ini mampu menggoyahkan keyakinan sebagian kadernya yang tidak memiliki pondasi akidah yang kuat atau menerima informasi sepotong-sepotong dari pihak luar dan media massa yang cenderung menyesatkan (yang sayangnya di negeri kita, informasi didominasi oleh orang-orang yang memiliki kepentingannya sendiri tuk menguasai negeri), kemudian informasi sepotong itu diolah oleh akalnya, dan akhirnya menjadi dasar pendapatnya.
Untuk mereka yang cenderung mengutamakan akal dan nafsunya ini, sebenarnya Allah SWT sudah memberi peringatan,
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.(QS Al-Hujuraat (49): 6)
Dalam kitab "al-Mathla' 'ala abwabil muqni', karangan Syamsuddin Ba'ly, "fasik' didefinisikan sebagai orang yang banyak berbuat maksiat, meninggalkan perintah Allah, keluar dari jalan kebenaran dan agama. Menurut al-Jurjani, orang fasik adalah orang yang menyaksikan tetapi tidak meyakini dan melaksanakan (al-Jurjani, At-Ta’rîfât. I/211). Sedangkan al-Manzhur lebih lanjut menjelaskan bahwa fasik (al-fisq) bermakna maksiat, meninggalkan perintah Allah, dan menyimpang dari jalan yang benar. Fasik juga berarti menyimpang dari agama dan cenderung pada kemaksiatan; sebagaimana iblis melanggar (fasaqa) perintah Allah, yakni menyimpang dari ketaatan kepada-Nya. Fasik juga berarti keluar dari kebenaran (al-khurûj ‘an al-haqq). Karena itu, fasik kadang-kadang berarti syirik dan kadang-kadang berarti berbuat dosa. Seseorang dikatakan fasik (fâsiq/fasîq) jika ia sering melanggar aturan/perintah. Fasik juga berarti keluar dari sikap istiqamah dan bermaksiat kepada Tuhan. Karena itu, seseorang yang gemar berbuat bermaksiat (al-‘âshî) disebut orang fasik (ibnu Manzhur, Lisân al-‘Arab, 10/38). Jadi fasik ini sebenarnya adalah seorang muslim, berbeda dengan kafir.
Nah, bila kita termasuk ke dalam golongan orang yang gampang mengambil kesimpulan negative sehabis menonton berita di TV or baca di media online tanpa sebelumnya memeriksa dengan teliti (tabayyun), maka disitulah sesungguhnya keimanan kita dipertanyakan. Apalagi akal dan nafsu manusia memiliki fitrah untuk salah.
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (QS. Asy Syams (91): 8)
Dengan potensi kefasikan yang sudah ada saja sudah cukup bagi manusia untuk melakukan penyimpangan, ditambah lagi adanya gangguan syaitan la’natullah ‘alaih, yang selalu mengajak manusia ke jalan yang sesat menjadi pengikut mereka, Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir (35): 6)
Lalu bagaimana jawaban atas kegagalan pertama tadi?
Jawabannya, Tidak Ada Yang Berubah Dari PKS. Sejak dahulu PKS adalah Partai Dakwah. Dan sampai nanti pun Insya Allah akan tetap menjadi Partai Dakwah. Prinsip Keterbukaan adalah manifestasi dari perintah Allah untuk mewujudkan Islam sebagai Rahmataan Lil ‘Alamiin. Masa dimana semua makhluk mendapatkan barokah dari Islam dan muslimin, bukan hanya muslim, tapi juga yang kafir, bahkan makhluk Allah seperti hewan, tumbuhan dan alam semesta mendapat berkah dari orang-orah shalih yang berkuasa di muka bumi menjadi khalifah yang memerintah menjalankan hukum dan kehendak Allah di muka bumi.
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS Al-Anbiyaa (21):107)
Kita memang belum sampai pada masa-masa seperti ketika orang-orang Nasrani dan Yahudi berbondong-bondong datang ke universitas di Spanyol untuk menuntut ilmu. Kita belum tiba pada masa-masa ketika orang Yahudi meminta agar pasukan Islam memasuki negerinya dan menumbangkan pemerintahan yang 100% Yahudi, karena mereka tahu bahwa orang akan hidup lebih sejahtera di bawah pemerintahan Islam. Berapakah di antara para da'i masa kini yang mau menyuapi orang tua Yahudi yang buta, renta dan bermulut kotor sebagaimana Rasulullah saw. dan Abu Bakar ra. melakukannya dahulu? Tapi kita sedang menyusun tangga menuju kesana dan yakinlah, kita pasti akan menuju kesana.
Jadi jangan dibayangkan jika suatu hari nanti posisi ust. Surahman Hidayat sebagai Ketua Dewan Syariah Pusat (DSP) digantikan oleh seseorang yang nama depannya Fransiscus Xaverius, atau seorang doktor lulusan sekolah teologi. Untuk menjadi kader dan pengurus PKS wajib mengikuti marhalah-marhalah yang tak akan bisa dipahami tanpa menggunakan semangat Islam.
Jadi yang sebenarnya dilakukan PKS adalah seperti ini, ketika dakwah mengambil bentuknya dalam wujud sebuah partai politik, maka para da’i harus benar-benar siap mengurus negara, mulai dari level tertinggi hingga yang paling rendah, baik urusan Muslim maupun Non-Muslim. Dan ketika parpol ini dijadikan entitas yang menyeluruh yang dapat mewakili dakwah itu sendiri. bukan dakwah yang dibatasi oleh bentuk sebuah parpol, melainkan batasan-batasan parpol itulah yang kita tarik seluas-luasnya sehingga memiliki daya jangkau yang sesuai dengan tabiat dakwah dan tabiat dakwah adalah "mengakses semua dan untuk semua!"
Banyak yang bicara soal rahmatan lil ’aalamiin namun pola pikirnya masih diliputi dendam. Ruhnya adalah zhon. Ketika bicara soal Yahudi dan Nasrani, maka landasan berpikirnya adalah Q.S. 2:120, sehingga ia memandang mereka dengan tatapan curiga, bahkan benci. Padahal golongan Ahli Kitab adalah objek dakwah Rasulullah saw. yang paling utama, karena mereka mewarisi sebagian dari ajaran-ajaran para Nabi terdahulu. Baik di Mekkah maupun Madinah, Rasulullah saw. tak pernah canggung bergaul dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Dan Mereka pun mengenal beliau sebagai Al-Amin (orang yang dipercaya). Sebutan ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw. telah benar-benar berhasil menjadi rahmat Allah kepada seluruh alam. Bahkan dalam perjalan interaksinya dengan para ahli kitab ini Allah berungkali menurunkan ayat berkaitan dengan mereka dalam segala kondisi yang ada.
Hal berikutnya yang banyak dilupakan adalah bahwa dakwah itu sendiri sangat luas spektrumnya, sebagaimana syariat Islam pun sangatlah luas. Tidak ada larangan untuk mengajak seorang Non-Muslim yang ingin dan gemar berbuat baik untuk terlibat dalam tugas-tugas tertentu dalam proyek dakwah. Misalnya dalam hal penanganan bencana dan pemberian pertolongan terhadap korban-korbannya, maka hal ini pun termasuk dalam kerja dakwah, dan juga termasuk dalam tugas-tugas yang bisa diemban oleh orang-orang Non-Muslim.
Inilah yang menjadi ketertarikan sebagian saudara kita di Papua yang ingin bergabung dengan PKS, meskipun mereka adalah non-Islam dan penduduk daerah tersebut mayoritas juga non-Islam. Ini juga yang menjadi argumentasi untuk menilai bahwa PKS tidak pernah berubah dalam keterbukaannya, sebab dari dulu pun PKS sudah untuk semua tanpa mengganti identitas keislamannya.
Jadi Islam adalah identitas PKS, dan identitas ini takkan terganti untuk selamanya.
(bersambung ke Dosa Kedua: PKS Telah Menjual Dirinya Untuk Mengejar Jabatan)
Posting Komentar