Kadangkala keluarga tersebut mendapatkan ikan hasil pancingan, atau 'lamis' sejenis kerang laut yang berukuran kecil pipih untuk disantap dijadikan masakan pepes lamis. Akan tetapi disuatu waktu seorang anak yang masih berusia tidak kurang dari 6 tahunan, merengek meminta makan yang enak. Lalu bapaknya pun bertanya "mau makan apa ceng ?" tanya bapaknya. "makan sate" kata anaknya.
Permintaan untuk membeli sate tentunya sangatlah berat bagi keluarga miskin tersebut. Bapaknyapun mencoba membujuk dengan bahasa yang halus dan santun, "Ceng, bapak gak uang. kan aceng tahu sendiri kita makan hasil dari menjual sapu lidi. Sedangkan ikannya hasil dari bapak mancing" namun buju dan rayu bapaknya ini ternyata belum bisa meluluhkan keinginan keras anaknya tersebut.
Singkat cerita, bapaknya memiliki ide yang mungkin bisa bermanfaat untuk anaknya tersebut. Iapun dengan serta merta, membungkus nasi yang tersedia, dan melihat sisa lauk pauk yang ada di pawon. Ternyata
Setelah lama menunggu, ketiga orang tersebut menunggu aba-aba dari bapaknya. Tepat sekitar 10 menit menunggu tiba saatnya bapaknya memberikan komentar "hirup', mmmmhhmm....enaknya ayo makan nasinya. Ternyata apa yang dimaksud bapaknya adalah makan sate bukan sate sesungguhnya melainkan hanya mencium baunya sate. Usai kenyang makan merekapun pergi meninggalkan lokasi.
Tentunya ini bagi saya sebuah kisah menarik walaupun cerita ini saya peroleh 25 tahun silam dari almahrum bapak, saat saat berbagi cerita dimalam hari. Pelajaran bagi saya adalah pada dasarnya apa yang kita nikmati sebenarnya tidak lebih karena rasa saat hadir terlintas dihidung kita, karena makanan apapun dan seenak apapun, jika sudah melwati hidung dan mulut maka jadinya tetap sama seperti makanan yang lain, jadi ini adalah sebuah pelajaran tentang bagaimana mengendalikan nafsu kita. Wallahualam
Posting Komentar